Rabu, 06 Januari 2010

1. ASAL USUL DAN MASA MUDA SADRACH SEBELUM MENJADI ORANG KRISTEN

Sadrach sejak masa kecilnya, orang tidak tahu siapakah orang tuanya. Waktu kanak-kanak ia bernama Radin. Sejak kanak-kanak ia sudah ditinggal mati oleh orang tuanya sehingga hidupnya terlantar. Sebagai anak piatu hidupnya mengemis. Dia menggantungkan hidupnya dengan minta-minta sedekah kian kemari, dari orang-orang dermawan.

Ia dilahirkan di desa Dukuhsekti daerah Demak wilayah Jepara. Sejak kanak-kanak ia telah meninggalkan tempat kampung halamannya dan mencoba mencari hidup nafkahnya sendiri dengan minta-minta. Pada saat itu hidupnya sangat menderita, karena selain untuk mengisi perut pun ia harus menerima hinaan setiap hari dari anak-anak bangsawan yang sepadan usianya. Dengan sabar ia menerima segala yang dirasakan pada saat itu, tetapi semuanya itu tentulah tidak berlangsung lama. Tetapi cukuplah penderitaan yang ia rasakan, karena pada akhirnya ia ditolong oleh seorang Guru Agama Islam untuk diberi pelajaran mengaji. Betapa suka hatinya, dengan rajin ia mengikuti pelajaran agama Islam. Ternyata ia dipandang sebagai anak yang lebih pandai dari anak-anak lain. Ia berdiam di rumah guru itu dan dianggap seperti anak sendiri.

Pada suatu hari ia dibawa oleh guru tersebut pergi Jombang untuk meneruskan pelajarannya yang lebih tinggi yaitu dipondok Pesantren. Karena Pondok Pesantren di Jombang itu sangatlah terkenal. Sejak itu, menjadi murid guru itu, ia diberi nama baru, yaitu : ABAS, maka namanya menjadi Radin Abas, Perjalanan menuju ke Jombang (Jawa Timur) itu ditempuh dengan jalan kaki melalui jalan pos Semarang – Surabaya, dan memakan waktu beberapa hari lamanya.

Dipondok Pesantren di Jombang, Radin Abas dipandang sebagai anak yang cerdas dan rajin. Semua pelajaran dapat ia kuasai. Selamat di sana, pada waktu liburan ia sering ke Mojowarno untuk mendengar suatu pelajaran baru yang menurut anggapannya, yang dibawa oleh Ds. Jellesma. Benih ajaran Kristen mulai tertanam dalam hatinya melalui Ds. Jellesma. Dalam hal ini ia merasa heran ketika mendengar Injil keselamatan. Hatinya sangat tertarik pada agama Kristen. Dengan diam-diam diluar sepengetahuan guru-guru pondok pesantren dan teman-temannya ia mengadakan hubungan dengan Ds. Jellesma, menerima pelajaran agama Kristen. Banyak persoalan-persoalan yang dibicarakan dan banyak pula keterangan-keterangan yang diperolehnya. Ia telah menyatakan keinginannya menjadi murid Ds. Jellesma di Mojowarno. Radin Abas berwatak keras dan progresif, karena ia mencari akan kebenaran Allah. Sampai pada saat itu ia belum dapat melepaskan pondok pesantrennya dan dalam hal ini masih dirahasiakan kepada Guru dan temannya. Dari Jombang ia pindah ke Ponorogo ke pesantren Gontor yang sudah terkenal. Pondok Pesantren di Jombang yang disebut Tebuireng dan Gontor di Ponorogo adalah sangat terkenal. Apa yang diterima dalam Lembaga Pendidikan yaitu sebagai pesantren-pesantren tradisional, karena ajaran-ajaran yang diberikan pada zaman itu, disamping ajaran-ajaran pokok agama Islam, adalah bahasa Arab, tasawuf, dan juga berbagai ilmu yang bersifat magis dsb. Untuk melanjutkan pendidikannya, dari Ponorogo ia pindah ke Semarang.

Di Semarang ia bertempat tinggal di tengah-tengah orang Arab dan kaum muslimin. Di sana ia mendapat pelajaran dari seorang guru dalam ilmu magis, dan pula terkenal sebagai dukun dan juru tenung. Disamping itu berkenalan dengan Ds. Hoezoo seorang pendeta utusan yang berkedudukan di Semarang, atas petunjuk-petunjuk dan nasehat dari Ds. Jellesma. Ds. Hoezoo merasa sangat gembira menerima Radin Abas sebagai murid Katekisasi.

Pelajaran yang ia terima dari guru ilmu kebatinan itu, menurut anggapannya tidak ada jahatnya karena hal itu hanya untuk menambah pengetahuannya saja. Tiap hari minggu ia ke gereja. Justru pada saat itu ia diperkenalkan dengan seorang yang telah lanjut usianya bernama; Kyai Ibrahim Tunggul Wulung berasal dari desa Bondo, sedaerah dengan Radin Abas. Radin Abas merasa girang dengan pertemuan itu, dan menyatakan keinginan menjadi muridnya.

Kurmon, seorang murid Kyai Ibrahim Tunggul Wulung yang menjadi perantara mula-mula dalam perkenalan antara Radin dengan Kyai tersebut. Radin ketika mendengar banyak tentang Kyai tersebut ia sangat tertarik dan ingin menemuinya. Ia diajak oleh Kurmon datang di Bondo Jepara. Radin Abas tak habis mengerti bahwa di daerahnya sendiri ada seorang Jawa yang berdiri sebagai Kyai Kristen. Orang itu berbadan tinggi besar bermata tajam dan berjenggot panjang sampai ke dada. Ia kelihatan seperti seorang bertapa dan tak pernah ia duduk di tanah jika berhadapan dengan siapa saja yang ia jumpai baik orang Belanda maupun orang yang berpangkat sekalipun, bahkan ia pandai bicara disertai pengaruh. Ialah seorang yang telah mendirikan suatu desa Kristen di Bondo, pun mempunyai banyak ilmu dan pengalaman sebelum ia menjadi orang Kristen. Ia bertindak sebagai dukun Kristen menurut anggapan orang desa itu. Radin Abas telah menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan seperti telah diceritakan di atas, Radin Abas menyatakan keinginannya menjadi muridnya.

Perkenalan antara Radin dengan Kyai Tunggul Wulung, menyebabkan hati Radin makin terdorong dan sangat condong kepada Agama Kristen. Hingga akhirnya ia menyatakan ingin menjadi orang Kristen. Kyai Tunggul Wulung sangat gembira ketika mendengar pernyataan anak muda itu, maka ia berusaha untuk membawa Radin Abas kepada seorang Belanda Mr. Anthing yang berkedudukan di Batavia pada tahun 1865/1866.
Kyai Tunggul Wulung dan Mr. Anthing berkawan pada waktu Mr. Anthing tinggal di Semarang sebagai petugas Pengadilan. Kemudian pada tahun 1863 Mr. Anthing pindah ke Batavia. Di Batavia Mr. Anthing mendapat kedudukan sebagai Vice President Hoog Gerechtchef (Wakil Kejaksaan Tinggi). Iapun menjadi anggota suatu perkumpulan “Het Genootchap voor in-en Uitwendige Zending” (Urusan Dalam dan Luar dari Perkumpulan Persahabatan para Utusan) di Indonesia, yang bertujuan memberitakan Injil kepada orang-orang Kristen yang sesat, dan kepada semua orang. Ia sangat memprihatinkan pekabaran Injil kepada orang-orang bumi putera. Disamping pekerjaannya ia telah mendirikan sebuah pendidikan Kristen untuk anak-anak muda bumi putera. Pendidikan itu bersifat Theologis, supaya anak-anak yang lulus dari pendidikan itu menjadi seorang pekabar Injil.

Kedatangan Kyai Tunggul Wulung bersama Radin di Batavia, diterima dengan gembira oleh Mr. Anthing. Bagaimana mesranya pertemuan itu karena sahabat lama yang sudah bertahun-tahun tidak pernah berjumpa. Kyai Tunggul Wulung menyatakan maksud dan tujuan kedatangannya, yaitu hendak menyerahkan Radin Abas kepada pendidikan Mr. Anthing. Dengan suka hati Mr. Anthing menerima Radin Abas sebagai muridnya.
Dalam pendidikan tersebut, mula-mula Radin diterima sebagai pelayan. Kemudian setelah dipandang baik dan rajin mengatur rumah tangga dan setia dan keinginan yang sungguh-sungguh menjadi orang Kristen, haruslah ia mendapat pelajaran-pelajaran agama Kristen. Mr. Anthing sangat suka pada Radin karena anak muda itu di pandang cerdas otaknya dan mudah menerima segala pelajaran yang diberikannya. Akhirnya Radin diangkat menjadi anak-mas Mr. Anthing. Pelajaran agama Kristen telah diberikan oleh Ds. Taffer, seorang pendeta pensiunan. Akhirnya Radin Abas mengambil keputusan untuk menerima Baptis Suci. Setahun kemudian ia lulus dari pendidikan tersebut, ia menerima Baptis Suci di Gereja “Zion” pada tanggal 14 April 1867, dengan nama Baptisan “Sadrach”, dan ia mengganti nama santrinya “Abas”, maka ia pakai namanya sebagai “Sadrach Radin” dan akhirnya ia terkenal dengan sebutan “Sadrach” saja. Pada saat ia dibaptiskan, ia telah berusia 26 tahun.

Beberapa kesimpulan mengenai jalan hidup Sadrach hingga menjadi seorang Kristen adalah sbb:
1.Sejak kecil ia sangat menderita, hidup mengembara untuk mengatasi segala kesulitan-kesulitannya sendiri. Maka di sinilah terbentuk jiwa bebas dan tidak suka dipengaruhi orang lain. Ia selalu berdiri menurut kehendaknya dan pikirannya sendiri.
2.Ia seorang yang cukup mendapatkan dasar-dasar pendidikan Islam tradisionil, bercampur magis, dan seorang santri yang berpengalaman.
3.Setelah mengenal Kristus melalui Ds. Jellesma, Ds. Hoezoo dan Kyai Tunggul Wulung belum begitu mendalam, tetapi hal itu menjadi suatu dorongan yang kuat untuk memperdalam lagi.
4.Di tempat Mr. Anthing mulai terbentuk kepribadian Kristen dengan keputusan hatinya untuk menerima Baptisan.
5.Kekristenan Sadrach telah diisi dan dibina oleh ajaran gereja yang beraliran Hervormd, karena dia menjadi anggota Gereja “Zion” di Batavia.


(disalin dari Rewriting by Pdt.Immanuel Adi Saputro GKJ Sabda Winedhar)
http://gkjsabdawinedhar.blogspot.com/2009/02/kyai-sadrach.html