Rabu, 06 Januari 2010

2. TINDAKAN-TINDAKAN PERTAMA YANG DILAKUKAN OLEH SADRACH

Sebagaimana murid-murid Mr. Anthing yang lain sering diberi tugas untuk memberitakan Injil, demikian juga Sadrach. Mula-mula ia mendapat tugas untuk menjual buku-buku Kristen sambil mengabarkan Injil di sekitar kota Batavia. Tetapi jalan itu bagi Sadrach tidak cocok. Maka ia minta ijin Mr. Anthing untuk kembali ke Jawa Tengah guna melanjutkan tugasnya dalam pemberitaan Injil kepada orang-orang Jawa. Dengan segala senang hati Mr. Anthing meluluskan permintaannya. Agar supaya Sadrach mendapat penghargaan di gereja-gereja yang ia kunjungi, Mr. Anthing telah memberi sepucuk surat keterangan. Karena nama Mr. Anthing cukuplah dihargai.
Sadrach mulai dengan perjalanan kembali dengan tujuan ke Bondo. Dengan berjalan kaki mula-mula ia menuju kota Bandung, kemudian Cirebon, Tegal dan menuju kota Semarang, dan dari Semarang terus menuju ke Bondo.

Ia singgah di tiap kota yang ia lewati sambil mengadakan perkunjungan ke Gereja-gereja serta memperkenalkan diri terutama kepada pendeta gereja setempat dengan menunjukkan surat keterangan dari Mr. Anthing, sehingga ia diterima dengan baik ditiap gereja yang ia kunjungi. Di situlah ia diberi tempat menginap untuk melepaskan lelahnya. Dan pula ia mengadakan kesaksian Injil Kristus kepada orang Kristen di kota-kota itu.

Beberapa hari kemudian barulah Sadrach sampai di Bondo, langsung menuju ketempat Kyai Tunggul Wulung. Dan diceritakannya semua pengalamannya sebagai murid Mr. Anthing. Tetapi tak lama ia berada di Bondo. Ia melanjutkan perjalanan ke Jawa Timur menuju Surabaya, menemui Saudara-saudara Kristen Jawa, kemudian ke Mojowarno ke tempat Paulus Tosari. Di situlah ia bermalam bersama-sama dengan orang-orang Kristen Jawa yang dulu menjadi murid Ds. Coolen.

Paulus Tosari adalah seorang pemberita Injil di Jawa Timur yang cukup berpengalaman dan terkenal. Ia berasal dari seorang Santri yang rusak hidupnya, kemudian ia berkenalan dengan Ds. Coolen dan menerima ajaran Kristen dari pendeta tersebut dan menerima Baptisan di gereja Ende. Setelah itu ia berkeliling memberitakan Injil di Jawa Timur dengan gaya dan cara khas Jawa. Banyak pembantunya dan akhirnya ia bertempat tinggal di Mojowarno, yang pada saat itu Ds. Jellesma bekerja di Mojowarno. Paulus Tosari dianggap sebagai rekan sepekerjaan dan tak diperlakukan sebagai bawahan yang dikuasai. Paulus Tosari sebagai pemberita Injil dan Ds. Jellesma telah mendirikan pendidikan kader pemimpin-pemimpin jemaat.

Sementara Sadrach berkeliling di Jawa Timur, Kyai Tunggul Wulung mendengar bahwa di daerah Begelen Purworejo sudah ada pekabaran Injil kepada bumi putera yang dilakukan oleh Ny. Philips dengan pembantu-pembantunya. Maka segeralah ia bersama beberapa kawannya pergi ke Purworejo untuk menyaksikan keadaan pekabaran injil di Purworejo. Rombongan ini langsung menuju rumah Ny. Philips di Tuksongo. Kedatangan rombongan Tunggul Wulung ini disambut dengan ramah-tamah oleh Ny. Philips dan pembantu-pembantunya yaitu Abisai Reksodiwongso, Tarub dan lain-lain orang-orang Kristen yang ada di situ.
Tunggul Wulung sangat takjub mendengar cerita Ny. Philips dari hal perkembangan Injil di daerah Purworejo. Setelah mendapat cukup keterangan-keterangan, maka lewat beberapa hari ia dan rombongan itu kembali ke Bondo.

Pengembaraan Sadrach di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, mempunyai maksud dan tujuan tertentu, disamping melihat keadaan saudara-saudara Kristen yang tersebar di mana-mana. Karena tiap tempat yang ia kunjungi ia dapat membanding-bandingkan praktek-praktek masing-masing sebagai pendirian Kekristenannya, baik di Jawa Barat, Tengah maupun Timur, serta pergaulannya dengan para pendeta Belanda atau pemberita-pemberita Injil Jawa. Pengalaman diperluas dengan cara persiapan-persiapan untuk tugas-tugasnya kelak. Terutama pengalaman memberitakan Injil misalnya : di Jawa Barat dengan tata cara Gereja Zion yang beraliran Hervormd di Batavia, dan gereja-gereja pasundan di Bandung.

Di Jawa Tengah, dengan aliran gereja-gereja Gereformeerd di kota Tegal, dimana Ds. Vermeer pada saat itu masih bekerja sebagai pendeta utusan Zending Gereformeerd berkedudukan di Tegal. Dan di Semarang ia sudah banyak mengenal Ds. Hoezoo dan pernah menjadi murid katekisasi, kemudian di Bondo dengan Kyai Tunggul Wulung sebagai gurunya sendiri yang sangat ia taati yang mempunyai tata cara sebagai pemberita Injil yang khas untuk orang-orang Jawa, dan akhirnya perkunjungan kepada Paulus Tosari di Mojowarno Jawa Timur, dari golongan gereja Ende, dan Ds. Jellesma pendeta utusan Zending Gereformeerd yang pernah juga menjadi gurunya. Di sinilah hal yang sangat penting bagi Sadrach untuk menentukan sikap untuk menjalankan tugas-tugasnya sebagai pemberita Injil. Dari sikap Sadrach yang tidak menetap di suatu tempat tertentu, menunjukkan sikapnya yang bebas dan senang mengembara.

Sebenarnya cukuplah baginya untuk bekerja pada Mr. Anthing atau bergabung dengan Kyai Tunggul Wulung, atau menempuh jalan seperti saudara-saudara Kristen di Jawa Timur dengan membuka hutan dan mendirikan desa Kristen atau hidup di tengah-tengah mereka. Tetapi kenyataannya ia kembali ke Bondo, setelah ia mendengar Kyai Tunggul Wulung tentang perkembangan Injil di Bagelen Purworejo, maka ia mengambil keputusan untuk membantu pekabaran Injil yang dilakukan oleh Ny. Philips di Purworejo.

(disalin dari Rewriting by Pdt.Immanuel Adi Saputro GKJ Sabda Winedhar)
http://gkjsabdawinedhar.blogspot.com/2009/02/kyai-sadrach.html