Rabu, 06 Januari 2010

5. PERKEMBANGAN JEMAAT KRISTEN DAN PEMBAGIAN DAERAH KERJA

Hubungan antara Sadrach dan Ny. Philips tetap erat dan terpelihara dalam keesaan Jemaat. Sadrach dan pembantu-pembatunya sering mengunjungi Ny. Philips serta membantu dalam membangun sebuah bangunan yang menyerupai Balekambang disamping rumah kebaktian di Tuksongo. Bangunan yang direncanakan oleh Ny. Philips yang telah lama diidam-idamkannya. Bangunan tersebut didirikan diatas sebuah kolam yang dihias dengan tanaman-tanaman bunga terate dan ikan-ikan. Bangunan itu dijadikan tempat berkumpul para pemimpin untuk mengadakan pertemuan-pertemuan atau rapat-rapat guna membicarakan soal-soal kegerejaan dan perkembangan Injil. Dalam pertemuan-pertemuan atau rapat yang diadakan itu kadang-kadang disertai juga oleh Ds. Troostenburg de Bruyn dari gereja Belanda, dengan demikian ternyata ada kerjasama yang baik antara Gereja Jawa dengan gereja Belanda. Bantuan-bantuan banyak juga didapat dari gereja Belanda untuk kebutuhan yang diperlukan oleh gereja-gereja Jawa.

Berhubung buku-buku pelajaran agama dalam bahasa Jawa belum ada, maka Ny. Philips berusaha keras untuk menterjemahkan buku-buku bahasa Belanda, dibantu oleh kawan-kawannya agar dapat dipergunakan sebagai dasar-dasar pelajaran agama Kristen sebelum ada buku-buku yang tercetak. Ny. Philips berusaha minta bantuan kepada Ds. Troostenburg untuk mencetak buku-buku pelajaran agama Kristen dalam bahasa Jawa. Usul Ny. Philips diterima baik oleh gereja Belanda dan segera diusahakan.
Sadrach telah menikah dengan seorang puteri dari seorang ibu yang mula-mula rumahnya di Karangjoso dipakai untuk tempat kebaktian, tapi sayang pernikahannya tidak diperoleh anak, oleh sebab itu Sadrach telah mengambil seorang anak laki-laki dari Markus bernama Yotham.

Sadrach sangat disegani oleh murid-muridnya dan penduduk di karangjoso. Ia suka mengasingkan diri dan jarang bergurau. Ada waktunya ia bercakap-cakap dan ada waktunya ia menyendiri untuk melakukan retrait di tempat sepi. Maka dari itu ia telah memilih karangjoso tempat yang penuh rawa-rawa dan hutan belukar, yang tidak disukai orang, karena ditempat itu antaranya seorang Ibu (seperti yang tersebut diatas) yang akhirnya menjadi mertua Sadrach sendiri. Ibu tersebut sudah mengenal Sadrach karena pada waktu Sadrach memberitakan Injil di Kutoarjo, ibu itu juga ikut mengunjungi kebaktian di rumah Brouwer mendengarkan pemberitaan Injil. Dan Sadrach mendengar dari ibu ini mengenai desa Karangjoso yang sangat sepi itu, maka ia sangat tertarik pada tempat itu.

Waktu senggang, Sadrach suka pergi ke sungai untuk mengail ikan dan itulah satu-satunya hiburan dan sebagai hobinya karena ia tak mempunyai anak.
Tanah Karangjoso memang oleh Pemerintah diberikan kepada barangsiapa saja yang mau membangun rumah atau desa serta boleh memilikinya dengan cuma-cuma. Seperti Kyai Tunggul Wulung telah membangun desa Bondo dan saudara-saudara Kristen di Jawa Timur dengan membuka hutan dan mendirikan desa Kristen, maka demikian juga Sadrach membangun Karangjoso menjadi desa Kristen.

Sebagai kelanjutan pemeliharaan iman bagi orang-orang yang baru saja menerima baptis Suci, dimana sekarang sudah terpencar kepelbagai daerah, maka hal ini perlu dipikirkan, sebab pelaksanaannya tak mudah. Perkembangan Injil diantara orang-orang Jawa pun mendapat perhatian dari Gereja Belanda dan mereka yang telah menerima baptis juga diakui sah sebagai anggota Gereja Belanda dan nama mereka dicantumkan juga dibuku Daftar anggota gereja Belanda. Mengingat perkembangan Injil yang sangat meluas itu, maka Majelis Gereja Belanda telah mengangkat Ny. Philips dan Schneider dalam jabatan tua-tua khusus mengurusi dan memelihara Jemaat yang baru lahir di desa-desa. Ongkos-ongkos perjalanan dan keperluan gereja-gereja tersebut ditanggung oleh Gereja Belanda.

Mengingat banyaknya gereja-gereja yang timbul di pelosok-pelosok desa, tentu tidak dapat dibiarkan saja tanpa ada yang bertanggung jawab, maka dari itu telah dibentuk Pembagian Daerah Kerja yang disusun sebagai berikut :
Gereja Tuksongso Purworejo dijadikan pusat Daerah Kerja, yang dikerjakan oleh Ny. Philips dibantu oleh Bp. Abisai Reksodiwongso dan putranya yaitu Timotius Reksodimurti. Jemaat-jemaat yang termasuk daerah Purworejo ialah : Cangkrep, Bulu, Manoreh, Jelok, Slewah, Dermosari dan Kesingi.
Daerah Karangjoso dikerjakan oleh Sadrach, dibantu oleh Yotham, termasuk Kutoarjo. Daerah Ambal termasuk Banjur, Karangpucung, Pering, Pamrian dan Pondokgede di kerjakan oleh Tarub dibantu oleh Markus dan Yohannes.
Kamdah seorang murid Ny. Philips dibantu oleh beberapa orang murid Sadrach ditugaskan di daerah Utara Banjarnegara dan desa-desa yang terletak dilereng pegunungan Slamet, yaitu : Bendawuluh, Karangcengis, Watumas.
Yakub Tumpang seorang saudara angkat Sadrach ditugaskan di daerah pegunungan Dieng sebelah Utara Wonosobo yaitu : Serang, Batu dan kemudian mengadakan perantauan sampai ke daerah Pekalongan bagian sebelah Selatan. Ia dibantu oleh kawannya bernama Kromowijoyo.

Mintowijoyo seorang murid Sadrach oleh beberapa murid Sadrach ditugaskan di daerah Pekalongan bagian Selatan ialah : Dermo, Kasimpar dan disitulah, ia telah membangun Gereja Kristen. Kemudian sampai di desa Katembelan, Purbo, Cituluk dan Telogohabang di daerah Kabupaten Batang, dan di daerah distrik Bawang, Banaran dan Jampangan.
Yokanan seorang murid Sadrach oleh beberapa murid Sadrach dan Ny. Philips ditugaskan di daerah pegunungan Slamet yaitu : Kandanggotong, Batusari, Pulosari sampai di distrik Comal, Desa Gintung, Gedleg, Kendaldoyong Sidokare yang letaknya di dekat Comal. Di Sokowangi, Temuireng Jebed, Bandar sampai dijajahan Kabupaten Kendal, dan selanjutnya di Pidodo, Kalibening dan Karangcengis sampai desa Kertayasa.

Ny. Philips bersama Sadrach pada suatu hari telah mengadakan pelawatan kepada Jemaat-jemaat diseluruh wilayahnya, perlu untuk menyaksikan dengan mata kepala sendiri perkembangan kekristenan di desa-desa itu. Perjalanan ditempuh dengan berkuda kadang-kadang dengan jalan kaki. Pelawatan itu disambut dengan kesukaan oleh orang-orang Kristen di desa-desa dimana ia kunjungi. Mereka menyebut Ny. Philips “eyang (bahasa Jawa, nenek). Mereka merasa puas dan dengan sukacita mendengar kata-kata Ny. Philips yang sopan dan tata bahasanya enak di dengar. Demikian juga dengan Ny. Philips hal ini merupakan kesukaan besar sebab ia menjadi wanita pertama yang memberitakan Injil keselamatan kepada orang-orang Jawa. Demikian hasil pekerjaan yang gilang gemilang yang selalu akan tercatat dalam sejarah Gerejani.

Perjalanan mereka dilanjutkan terus sampai di daerah Banyumas, mula-mula mereka langsung menuju ke rumah iparnya yaitu Ny. V. Oostrom. Kedatangan rombongan itu disambut hangat oleh Ny. Oostrom dan penduduk di Banyumas, dan tak lupa mengunjungi Ds. Vermeer. Menurut keterangan-keterangan yang diperolehnya, sudah ada beberapa orang yang minta dibaptis. Kemudian orang-orang ini dibaptis di Banyumas oleh Pendeta Vermeer sebanyak enambelas orang. Dengan adanya baptisan ini, memberi kegembiraan besar di tengah-tengah kelelahannya. Inilah perjalanan yang pertama. Dan pada perjalanan yang kedua ke Banyumas lebih besar lagi hasilnya. Sadrach dengan beberapa murid calon baptisan ikut menyerti Ny. Philips. Mereka meneruskan perjalanan menuju ke pegunungan Slamet. Sambutan-sambutan di sana pun tidak kurang meriahnya. Dan itu adalah suatu kesukaan besar bagi penduduk desa-desa itu. Pada waktu perjalanan kembali, Ds. Vermeer ikut ke Purworejo. Perjalanan mereka itu memakan waktu dua minggu lamanya. Perjalanan selanjutnya telah dilakukan pada waktu lain, hingga akhirnya dapat tercapai hampir semua tempat dimana mereka menyebarnya, sampai di daerah pegunungan Dieng dan Daerah Pekalongan dan Tegal.

(disalin dari Rewriting by Pdt.Immanuel Adi Saputro GKJ Sabda Winedhar)
http://gkjsabdawinedhar.blogspot.com/2009/02/kyai-sadrach.html