Rabu, 06 Januari 2010

4. KEGIATAN SADRACH DALAM MEMBANGUN GEREJA DI KARANGJOSO



Dalam pemasyhuran Injil di Bagelen ini, Sadrach memegang peranan penting. Ia mengerjakan di daerah-daerah yang agak jauh dimana belum ada orang Kristen. Mula-mula ia menuju ke desa Cangkrep. Dengan izin Kepala desa setempat ia mengundang penduduk sekitar desa itu. Maka datanglah orang-orang dari penduduk sekitar desa Cangkrep. Mereka terdiri dari berbagai aliran kepercayaan, yaitu dari golongan Islam, Budha dan orang-orang ahli sihir dan ahli nujum.

Sadrach menyampaikan Injil keselamatan dengan berani, dengan tata caranya sendiri yaitu dengan mencampur aduk ilmu-ilmu Jawa didalam pemasyhuran Injil. Ia berpendapat dengan jalan ini dapat disesuaikan dengan keadaan atau selera kepercayaan orang-orang Jawa sehingga mereka dapat menerima Injil Kristus. Dan ternyata juga diantaranya banyak yang menerima Kristus sebagai juruselamat mereka. Kemudian dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Kutoarjo. Disana ia berkenalan dengan seorang Kristen bernama Brouwer. Orang ini dengan senang hati memperbolehkan rumahnya untuk tempat berkumpul orang-orang Jawa yang sudah mendengar Injil. Di tempat Brouwer tiap seminggu sekali diadakan Kebaktian, disamping itu ia melakukan pemasyhuran kepada orang-orang Jawa baik di kota maupun di desa-desa sekitarnya. Ini terjadi pada tahun 1870. Dalam tahun itu tempat kebaktian terpaksa harus dipindahkan, sebab Ny. Brouwer meninggal. Oleh Sadrach tempat Kebaktian di pindah di Karangjoso yang kurang lebih jarak 8 kilometer barat daya Kutoarjo.
Tempat ini sebetulnya tidak baik letaknya, karena sekitarnya banyak terdapat rawa-rawa dan suasana sangat sepi. Tetapi di situ berdiam seorang ibu yang suka mendengar Injil. Di sekitar desa itu, ia mencari kenalan-kenalan baru. Di tempat ini pula berkumpul orang-orang yang telah menerima Injil Kristus. Selama kegiatan Sadrach, ia selalu mengadakan kontak dengan pimpinannya, yaitu Ny. Philips. Ketika Sadrach akan mengambil Karangjoso sebagai tempat Kebaktian dan tempat tinggalnya, ia berkonsultasi terlebih dahulu dengan Ny. Philips. Walaupun selalu ada kontak, tetapi Sadrach selalu bekerja dengan gaya kecakapan dan kebijaksanaan sendiri. Hasil-hasilnya dilaporkan kepada Ny. Philips. Rumah Kebaktian didirikan di Karangjoso pada tahun 1871 disamping Gereja di Tuksongo. Sadrach mendirikan rumah Kebaktian ini dibantu oleh murid-muridnya secara suka rela dan dengan semangat yang besar. Dengan pendirian tempat kebaktian itu, Sadrach telah mengambil sikap dan langkah sendiri tak bersandar pada orang lain, dan tiada suatu bantuan diminta dari pemimpinnya, yaitu Ny. Philips. Karena ia tahu bahwa tugas Ny. Philips cukup banyak dan berat, maka ia berbuat sesuatu yang dipandang perlu untuk segera dikerjakan tanpa menunggu-nunggu uang banyak untuk mendirikan tempat kebaktian. Meskipun tempat itu kurang baik letaknya dan sepi, justru itulah yang ia pilih untuk menjadi tempat pemasyhuran Injil dan menghendaki agar kelak menjadi suatu desa Kristen.

Ia mengajar murid-muridnya dengan cara khas Jawa dan sebagai orang Jawa yang mengetahui isi hati kaumnya sendiri ia memberitakan Injil itu sesuai dengan keadaannya. Sadrach sebagai seorang yang pernah menjadi santri yang berpengalaman dan pernah berguru pada orang-orang berilmu, ditambah pergaulannya dengan para pendeta Belanda, dimana ditambah pergaulannya dengan para pendeta Belanda, dimana ia memperoleh ilmu baru, yaitu Injil. Dengan memiliki itu, maka Sadrach dengan mudah menghadapi orang-orang, santri-santri dan guru-guru ilmu. Dengan modal pengalamannya ia dapat benar-benar mendalami dan memahami sangkalan orang lain terhadap Injil. Cara Sadrach berdebat dengan guru-guru ilmu untuk menyampaikan berita Injil, dan yang biasa dimiliki dan dikuasai guru-guru itu sudah dimengerti oleh Sadrach, tetapi sebaliknya apa yang dikuasai dan dimiliki Sadrach, mereka tidak mengetahuinya, misalnya tentang sepuluh hukum Allah yang sama sekali tidak dikenal oleh mereka, maka kesempatan inilah terus dipakai oleh Sadrach untuk menjelaskan kedudukan sebagai orang Kristen dan jalannya keselamatan. Akhirnya guru-guru itu tertarik dan ingin belajar ilmu baru yang dimiliki Sadrach.

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Jawa pada saat itu, jika guru-gurunya menyerah, dan menjadi orang Kristen, maka semua penganutnya-pun mengikuti jejak gurunya. Dengan demikian Sadrach menjadi sangat termasyhur namanya sebagai orang yang pandai dan seorang guru yang penuh dengan Roh Suci, hingga orang menyebutnya sebagai Kyai Kristen atau Kyai Sadrach.

Hasil pemberitaan Injil dalam tahun 1871 adalah dua puluh orang dibaptiskan yaitu pada tanggal 6 Februari 1871, dan pada tanggal 16 Juli 1871 sebanyak tiga puluh orang, diantaranya bernama Simon Wirosono dan Samuel Citrojoyo, sebagai tokoh di Jelok. Tanggal 18 Oktober 1871 ada empat orang. Baptisan semua ini telah dilakukan di Purworejo yang dilayani oleh Ds. De Bryn, pendeta dari gereja Belanda.
Kedatangan Sadrach baik di Cangkrep maupun di daerah Kutoarjo mendapat tentangan keras dari dua orang guru ahli nujum, bernama R. Ranukusumo dan Setrodiwongso. Adapun ajaran dari kedua ahli nujum itu menurut tata caranya sendiri yang hampir menyerupai ajaran Budha. Dengan kedatangan kedua orang di daerah Cangkrep dan Kutoarjo-pun menghebohkan dipihak agama Islam, karena mereka itupun menentang agama Islam. Ketika kedua orang itu berhadapan dengan Sadrach maka terjadilah suatu perdebatan yang hebat hingga berhari-hari lamanya. Kedua belah pihak saling mengadu kepandaian ilmu masing-masing. Dalam hal itu, Sadrach dengan keuletannya, selalu dipihak yang unggul. Sadrach tetap bertekun serta minta kekuatan dari Tuhan. Karena berkat pertolongan Tuhan, akhirnya kedua guru ahli nujum itu menyerah dan menyatakan ingin belajar ilmu yang baru yang dimiliki oleh Sadrach. Dengan kekalahan kedua orang guru itu, maka sebagian muridnya sebanyak 179 orang pun menyerah kepada ajaran Kristen menjadi murid-murid Sadrach.

Pada tanggal 26 Oktober 1872 dilakukan Baptisan kepada 181 orang yang dilayani oleh Ds. Troostenburg de Bruyn, dan pada tanggal 5 April 1873 menyusul sebagian yang lain ialah sebanyak 310 orang lagi. Inilah suatu yang luar biasa bagi sejarah Gereja, dimana telah terjadi selama setengah tahun gereja di Purworejo membaptiskan hampir 500 orang. Dengan penyerahan sejumlah itu, diantaranya dua orang yang juga menjadi pemimpin mereka telah pergi meninggalkan kawan-kawanya dan tidak sudi buat menyerah kalah.

Kemudian orang-orang yang telah menerima Baptisan itu, kembali ke desanya masing-masing. Pemberitaan Injil terus dilakukan oleh orang-orang itu di desa mereka sendiri. Maka sejak masa itu, timbulah jemaat-jemaat kecil diberbagai desa yaitu di desa-desa: Banjur, Pamilan, Pondokgede, Karangpucung, Mamoreh, Slewah, Kesingi, Dermosari, Jelok dan Bulu. Demikian kegiatan Sadrach sebagai pembantu Ny. Philips. Pekerjaan Sadrach telah dibantu oleh Markus dan Johannes dan pula oleh murid-murid Sadrach. Jika di pandang dalam hal pengetahuan mereka yang telah menerima Baptis sebenarnya masih sedikit, sebab Sadrach dan murid-muridnya telah mengajarkan berdasar sepuluh Hukum Allah, Doa Bapa Kami dan Dua belas pengakuan Rasuli saja. Mereka dibaptis berdasarkan kesanggupan dan kepercayaan mereka yang sungguh-sungguh dan kelihatan teguh, setelah di dengar oleh para pemimpin diantaranya Ny. Philips, bapak Abisai dan lain-lainnya, yang mana dihadiri juga oleh Ds. Troostenburg de Bruyn dari gereja Belanda. Pemeriksaan iman telah dilakukan di Purworejo. Murid-murid Sadrach yang sangat giat dalam memberitakan Injil ialah : Paulus Kasanmentaram, Yohanes, Markus dari desa Banjur, Musa dan Sulaiman.


Kegiatan Sadrach dan murid-murid tak hanya beroperasi di daerah lembah selatan saja, melainkan terus mengadakan operasinya ke pegunungan arah utara dan barat sampai perbatasan dengan daerah Banyumas. Bahkan menerobos daerah Banyumas Utara dan Selatan. Murid-murid yang tersebar di pegunungan yang membujur dari gunung Sindoro sampai gunung Slamet, menjalar ke utara turun ke lembah ke daerah Pekalongan dan Tegal. Kegiatan-kegiatan itu terjadi pada tahun 1874. Inilah hal-hal yang sangat menggembirakan dalam sejarah pemberitaan Injil yang sangat cepat meluasnya hingga Baptisan makin bertambah-tambah.

(disalin dari Rewriting by Pdt.Immanuel Adi Saputro GKJ Sabda Winedhar)
http://gkjsabdawinedhar.blogspot.com/2009/02/kyai-sadrach.html