Rabu, 06 Januari 2010

3. SADRACH MEMBANTU PEKERJAAN NY. PHILIPS DI DAERAH PURWOREJO

Hal yang memberi dorongan dalam hati Sadrach setelah mendengar cerita Kyai Tunggul Wulung tentang perkembangan Injil di Bagelen, hingga ia sangat tertarik. Ternyata Roh Suci telah menggerakkan hatinya, ia mengambil keputusan dengan tak pikir panjang dan tiada di ragu-ragukan lagi, maka dengan perkenan Kyai Tunggul Wulung, ia meninggalkan Bondo langsung menuju ke Purworejo pada tahun 1869.

Keadaan di Purworejo sebelum Sadrach datang, Injil telah berkembang di daerah Purworejo di bawa oleh Ny. Philips dan kawan-kawannya, yaitu Abisai Reksodiwongso yang berasal dari daerah Jepara dan Tarub dari Kediri, Jawa Timur. Gereja telah didirikan di rumah Ny. Philips di kampung Tuksongo. Pelayanan baptisan dilakukan mula-mula di Gereja Belanda, yang kemudian dilakukan di Tuksongo.

Gereja Belanda pada saat itu adalah sebagai Gereja pemerintah (Staatskerk) yang khusus untuk melayani orang-orang Belanda dan Ambon saja, terutama kaum militer, maka disebut Gereja militer. Diantara suku Jawa yang mula-mula dibaptis di gereja itu adalah seorang perempuan istri seorang Belanda pada tanggal 17 agustus 1815 dengan nama Baptisan Gertruida. Meskipun gereja itu sejak tahun 1800 sudah ada tetapi tidak ada perkembangan suatu apa, karena seolah-olah tertutup bagi masyarakat Jawa.

Setelah Ny. Philips memperkembangkan Injil di daerah Purworejo, mulai ada perhatian dari gereja tersebut terutama para Pendeta Belanda, sebab Ny. Philips sering mengadakan hubungan dan suaminya sendiri menjadi anggota Gereja Belanda.


Siapakah sebetulnya Ny. Philips itu ? Ny. Philips adalah seorang Indo Belanda yang dilahirkan dari perkawinan campuran. Ayahnya bernama Steven dan ibunya seorang Jawa. Ia dilahirkan pada tanggal 17 Nopember 1825 di Yogyakarta diberi nama Petronella. Setelah ia menerima baptis di gereja Goubernement Yogyakarta diberi nama Christina. Orang tuanya seorang Tuan Tanah bertempat tinggal di desa dekat kota Yogyakarta. Sejak kecil ia bergaul dengan anak-anak Jawa dari desa setempat, hingga ia sangat pandai bicara bahasa Jawa.
Setelah umur 24 tahun ia menikah dengan seorang Belanda bernama Yohanes Carolius Philips pada tahun 1849, yang bekerja sebagai Opzichter Indicocultuur (Pengawas Perkebunan Nila) di desa Ambal Daerah Kabupaten Kebumen. Kemudian lewat beberapa hari ia pindah ke desa Ambal mengikuti suaminya. Karena kesibukan suaminya ia tak sempat memikirkan tentang Injil. Ia mulai sadar ketika ada seorang tamu Jawa dari Semarang yang banyak menceritakan Injil Kristus hingga ia sangat terpesona mendengar cerita itu. Ia menyadari apa yang menjadi tugas-tugas sebagai orang Kristen. Tapi suatu pertanyaan dalam hatinya, “apakah mungkin orang Jawa bisa menerima Injil?” Apakah yang sekarang harus dilakukan, ia belum mendapat suatu jalan, maka tak lama kemudian ia pergi ke Banyumas untuk minta nasehat dan petunjuk-petunjuk kepada iparnya bernama Ny. Van Oostrom Philips, seorang janda pemberita Injil kepada suku Jawa di daerah Banyumas disamping pekerjaannya sebagai pedagang kain batik. Banyaklah petunjuk-petunjuk dan nasehat yang ia terima dari iparnya, kemudian ia kembali ke desanya di Ambal. Maka mulailah tugasnya yang suci. Mula-mula memberitakan Injil kepada orang-orang bawahannya, hingga diantaranya dua orang pria dan tiga orang wanita menyatakan ingin menerima Baptis. Maka baptisan telah dilakukan di Purworejo pada tanggal 27 Desember 1860 dilayani oleh Ds. B. Braams di gereja Belanda. Karena semua itu dilakukan dengan bahasa Belanda maka Ny. Philips sebagai perantara menterjemahkan dalam bahasa Jawa.
Keluarga Philips pindah ke Purworejo pada tahun 1862, bertempat tinggal di kampong Tuksongo. Di Purworejo mulailah ia dengan pekerjaan baru dalam melakukan pemberitaan Injil kepada penduduk setempat. Karena keramahan dan tata sopan santun Ny. Philips, maka banyak orang suka padanya serta banyak pula yang mau menerima Injil. Di rumah kediamannya ia mendirikan gereja Kristen untuk kaum bumi putera. Pada saat itu datang seorang dari daerah Jepara bernama Abisai Reksodiwongso, dengan maksud akan membantu pemberitaan Injil di daerah Purworejo, atas petunjuk dan nasehat Ny. Van Oostrom. Mula-mula ia menjadi murid Ny. Philips kemudian ia menerima baptisan pada tahun 1868 yang dilayani oleh Ds. Th. C.M. Hanegraat dari Gereja Belanda.
Pada suatu hari datang lagi seorang dari Kediri, Jawa Timur bernama Tarub pada tahun 1868. Tarub adalah seorang murid dari Ds. Poensen dan telah menerima Baptisan di Kediri. Di Purworejo ia ingin bekerja membantu dalam melakukan pemberitaan Injil. Ny. Philips dan Abisai menerima Tarub dengan segala senang hati. Dengan demikian pemberitaan Injil makin luas sampai di luar kota. Pengikut-pengikut Kristus makin bertambah. Disamping itu juga, Ny. Philips telah mendidik keagamaan kepada anak-anak diantaranya anak-anak Abisai yang akhirnya telah menerima Baptisan diberi nama Samuel, yang kelak menjadi dokter, bekerja kepada Zending di Mojowarno. Dan Timotius, kelak menjadi guru Injil merangkap guru sekolah rakyat di Purworejo, serta membantu pekerjaan Ds. Wilhelm dan Ds. Adriaanse. Inilah kegiatan-kegiatan Ny. Philips sebagai ibu yang memulai Pemberitaan Injil di daerah Jawa Tengah Selatan sebelum Sadrach datang di daerah ini.

Sadrach datang di Purworejo dengan tujuan menghadap Ny. Philips. Dari surat baptis Sadrach dan pengalamannya di rumah Mr. Anthing, lebih menyakinkan Ny. Philips. Maka Sadrach diterima dengan senang hati menjadi pembantu Ny. Philips. Ia bekerja di bawah pimpinan Ny. Philips, tetapi di dalam menerima pimpinan itu Sadrach tetap mendasarkan pekerjaannya pada kemampuan dan kebijaksanaan sendiri. Memang telah diceritakan diatas, bahwa karakter dan sifat Sadrach lain dari pada kawan-kawannya, karena ia seorang yang progresif dan suka bebas. Ia tidak suka bergantung kepada orang, inilah yang menjadi sifat dan ciri-ciri Sadrach. Dan segala petunjuk-petunjuk serta nasehat Ny. Philips bagi Sadrach bukanlah hal yang baru, sebab Sadrach sudah cukup pengalaman sebagai pekabar Injil dengan menjual buku-buku sewaktu di Batavia.

Sadrach dalam membantu pekerjaan Ny. Philips di Purworejo merasa senang dan besar hati, karena di sinilah ia dapat melihat dibeberapa tempat yang harus digalinya sebab di tempat itu terdapat banyak orang yang menentang ajaran-ajaran Kristen terutama di daerah Cangkrep dan Kutoarjo, dan tempat itulah lapangan kerja Sadrach.
Di Purworejo Sadrach hanya sebentar-sebentar, karena ia selalu ke luar kota. Sadrach tidak mempunyai pondokan yang tetap, ia seorang pengembara. Adapun caranya memberitakan Injil datang ke rumah orang, bicara-bicara hingga malam hari dan bermalan juga di situ, kemudian pindah ke lain tempat lagi. Ia selalu disambut dengan baik oleh penduduk yang ia kunjungi itu. Dan suatu keistimewaan Sadrach, bahwa setiap orang yang dijumpainya, orang itu akhirnya bertobat menerima Tuhan Yesus.


(disalin dari Rewriting by Pdt.Immanuel Adi Saputro GKJ Sabda Winedhar)
http://gkjsabdawinedhar.blogspot.com/2009/02/kyai-sadrach.html